A. DEFINISI
· Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera
(Sjamsuhidayat, 1997).
· Definisi menurut Mondor akut abdomen adalah suatu keadaan perut yang dapat membahayakan penderita waktu singkat, hal ini biasa disebut dengan Kasu Emergency.
· Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).
· Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
· Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
· Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
· Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
B. ETIOLOGI
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
2. Trauma tumpul (trauma perut non penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt)
Anatomi Abdomen
Batas rongga Abdomen :
n Atas : Diafragma
n Bawah : Pelvis
n Depan : Dinding depan abdomen
n Lateral : Dinding lateral abdomen
n Belakang : Dinding belakang abdomen
serta tulang belakang
C. PATOFSIOLOGI
Jika terjadi trauma penetrasi atau non-penetrasi kemungkinan terjadi perdarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi dan tanda-tanda iritasi peritonium dengan cepat akan tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum. Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belumtampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan (Sjamsuhidayat, 1997)
PATHWAYS
Tusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt)-Trauma abdomen- :
1. Trauma tumpul abdomen
§ Kehilangan darah.
§ Memar/jejas pada dinding perut.
§ Kerusakan organ-organ.
§ Nyeri
§ Iritasi cairan usus
2. Trauma tembus abdomen
§ Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
§ Respon stres simpatis
§ Perdarahan dan pembekuan darah
§ Kontaminasi bakteri
§ Kematian sel
1 & 2 menyebabkan :
Kerusakan integritas kulit
Syok dan perdarahan
Kerusakan pertukaran gas
Risiko tinggi terhadap infeksi
Nyeri akut
D. TANDA DAN GEJALA
Abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis meliputi: nyeri tekan di atas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan. Pada trauma non-penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya terdapat adanya jejas atau ruktur dibagian dalam abdomen terjadi perdarahan intra abdominal. Apabila trauma terkena usus, mortilissi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena) Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah rauma. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat: Terdapat luka robekan pada abdomen, luka tusuk sampai menembus abdomen. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanya biasanya dari dalam terkena penetrasi perdarahan/memperparah keadaan bisa keluar dari dalam bdomen.
abdominal pain
E. PENGKAJIAN PRIMER
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat. Apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway, dengan Kontrol Tulang Belakang, membuka jalan napas menggunakan teknik ’head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing, dengan ventilasi yang adekuat, memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ’lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak, selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulation, dengan kontrol perdarahan hebat, jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, makabantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas
F. PENGKAJIAN SEKUNDER
a) pengkajian fisik
1. Inspeksi
§ harus teliti, meteorismus, darm contour, darm steifung, adanya tumor, dilatasi
vena, benjolan di tempat terjadi hernia, dll
§ Sikap penderita pada peritonitis : fleksi artic. coxae dan genue sehingga
melemaskan dinding perut dan rasa sakit
2. Palpasi
§ Diperhatikan adanya distensi perut, defans muskuler, sakit tekan titik
McBurney, iliopsoas sign, obturator sign, rovsing sign, rebound tenderness
§ Rectal toucher : untuk menduga kausa ileus mekanik, invaginasi, tumor,
appendikuler infiltrate
§ pemeriksaan vaginal
3. Perkusi
§ Penting untuk menilai adanya massa atau cairan intra abdominal
4. Auskultasi
§ harus sabar dan teliti
§ borboryghmi, metalic sound pada ileus mekanik
§ silent abdomen pada peritonitis / ileus paralitik
G. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN
a. Stop makanan dan minuman
b. Imobilisasi
c. Kirim ke Rumah Sakit
Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dilakukan pada trauma abdomen perdarahan intra abdomen, tujuan, dari DPL adalah untuk mengetahui lokasi perdarahan intra abdomen. Indikasi untuk melakukan DPL, antara lain: (Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya. Trauma pada bagian bawah dari dada, hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas, pasien cidera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak) Pasien cedera abdominalis dan cidera bmedula spinalis (sumsum tulang belakang) Patah tulang pelvis
Pemeriksaan DPL dilakukan melalui anus, jika terdapat darah segar dalam BAB atau sekitar anus berarti trauma non-penetrasi (trauma tumpul) mengenai kolon ayau usus besar, dan apabila darah hitam terdapat pada BAB atau sekitar anus berarti trauma non-penetrasi (trauma tumpul) usus halus atau lambung. Apabila telahdiketahui hasil Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL), seperti adanya darah pada rektum atau pada saat BAB.
Perdarahan dinyatakan positif bila sel darah merah lebih dari 100.000 sel/mm3 dari 500 sel/mm3, empedu atau amilase dalam jumlah yang cukup juga merupakan indikasi untuk cidera abdomen. Tindakan selanjutnya akan dilakukan prosedur laparotomi.
Kontraindikasi dilakukan Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL), antara lain:
(a). Wanita hamil
(b). Pernah operasi abdominal
(c). Operator tidak berpengalaman, bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan.
1. Penanganan awal trauma penetrasi (trauma tajam)
(a). Bila terjadi luka tusuk ( pisau atau benda tajam lainnya), maka tusukan tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
(b). Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
(c). Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali ke dalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut dengan kain bersih atau bila ada dengan verban steril.
(d). Immobilisasi pasien
(e). Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
(f). Apabila ada lika terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
(g). Sesegera mungkin bawa pasien tersebut ke rumah sakit.
Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluaryang berdekatan.
· Skrining pemeriksaan rontgen.
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.
· IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Dilakukan untuk mengetahui jenis cidera yang ada.
· Uretrografi
dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra.
· Sistografi
Ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya pada fraktur pelvis.
Trauma non-penetrasi
Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit.
· Pengambilan contoh darah dan urin
Darah diambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase dan sebagainya.
· Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rontgen servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retroperitonium atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparatomi segera.
· Studi kontras Urologi dan Gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens dan dubur.
H. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh Pengkajian pasien trauma abdomen (Smeltzer, 2001) adalah meliputi :
1. Trauma Tembus abdomen
· Dapatkan riwayat mekanisme cedera ; kekuatan tusukan/tembakan ; kekuatan tumpul (pukulan).
· Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya : cedera tusuk, memar, dan tempat keluarnya peluru.
· Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar sehingga perubahan dapat dideteksi. Adanya bising usus adalah tanda awal keterlibatan intraperitoneal ; jika ada tanda iritasi peritonium, biasanya dilakukan laparatomi (insisi pembedahan kedalam rongga abdomen).
· Kaji pasien untuk progresi distensi abdomen, gerakkan melindungi, nyeri tekan, kekakuan otot atau nyeri lepas, penurunan bising usus, hipotensi dan syok.
· Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera intra-abdomen, observasi cedera yang berkaitan.
· Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan pasien.
2. Trauma tumpul abdomen
· Dapatkan riwayat detil jika mungkin (sering tidak bisa didapatkan, tidak akurat, atau salah). dapatkan semua data yang mungkin tentang hal-hal sebagai berikut :
o Metode cedera.
o Waktu awitan gejala.
o Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering menderita ruptur limpa atau hati). Sabuk keselamatan digunakan/tidak, tipe restrain yang digunakan.
o Waktu makan atau minum terakhir.
o Kecenderungan perdarahan.
o Penyakit danmedikasi terbaru.
o Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus.
o Alergi.
· Lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasienuntuk mendeteksi masalah yang mengancam kehidupan.
I. MASALAH ATAU DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri(fisik/luka tusuk)
2. PK: Perdarahan
3. Defisit volume cairan b/d kehilangan volume cairan secara aktif.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan
J. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosis | Perencanaan |
NOC | NIC |
Nyeri berhubungan dengan agen injuri(fisik/luka tusuk)
| NOC : { Pain Level { Pain control { Comfort level Kriteria Hasil:
{ Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan), { Melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan menegemen nyeri { Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang { Tanda vital dalam rentang normal
| NIC: I. Pain Managemen § Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi,kualitas dan faktor presipitasi. § Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan § Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui nyeri pasien § Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri § berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga § Berikan informasi tentang nyeri § Ajarkan penggunaan tehnik non farmakologi § Berikan analgesik sesuai anjuran § Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan § Monitor kenyamanan pasien terhadap managemen nyeri
II. Analgesik administration
§ Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajatnyeri sebelum pemberian obat § Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi § Cek riwayat alergi § Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi analgesik ketika pemberian lebih dari satu § Tentukan Pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri § Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal § Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur § Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik § Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat § Evaluasi keefektifan analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
|
Diagnosis | Perencanaan |
NOC | NIC |
Defisit volume cairan b/d kehilangan volume cairan secara aktif.
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium
| NOC: v Fluid balance v Hydration v Nutritional Status : Food and Fluid Intake Kriteria Hasil : v Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal v Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal v Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
| NIC : Fluid management · Pertahankan catatan intake dan output yang akurat · Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan · Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin ) · Monitor vital sign · Kolaborasi pemberian cairan IV · Monitor status nutrisi · Berikan cairan · Berikan diuretik sesuai interuksi · Berikan cairan IV pada suhu ruangan · Dorong masukan oral · Berikan penggantian nesogatrik sesuai output · Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk · Atur kemungkinan tranfusi · Persiapan untuk tranfusi |
Diagnosis | Perencanaan |
NOC | NIC |
PK: Perdarahan
| Perdarahan berhenti, setelah dilakukan perawatan mampu menghentikan perdarahan dg Indikataor: Ø HB tidak kurang dari 10 gr %
| NIC: Pencegahan sirkulasi Aktifitas: 1.Lakukan penilaian menyeluruh tentang sirkulasi; cek nadi, edema, pengisian kapiler, dan perdarahan 2.Lakukan perawatan luka dengan hati-hati dengan menekan daerah luka dengan kassa steril dan tutuplah dengan tehnik aseptic basah-basah 3.Pantau jumlah perdarahan yang keluar melalui daerah pembedahan 4.Pantau TTV secara teratur terutama TD dan nadi |
Diagnosis | Perencanaan |
NOC | NIC |
Perfusi jaringan tidak efektif b/d hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli Definisi : Penurunan pemberian oksigen dalam kegagalan memberi makan jaringan pada tingkat kapiler Batasan karakteristik : - Perubahan tekanan darah di luar batas parameter - Hematuria - Oliguri/anuria - Elevasi/penurunan BUN/rasio kreatinin Gastro Intestinal - Secara usus hipoaktif atau tidak ada - Nausea - Distensi abdomen - Nyeri abdomen atau tidak terasa lunak (tenderness)
| v Circulation status v Tissue Prefusion : cerebral Kriteria Hasil : mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan : · Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan · Tidak ada ortostatikhipertensi · Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) | Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer) v Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul v Monitor adanya paretese v Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi v Gunakan sarun tangan untuk proteksi v Monitor kemampuan BAB v Kolaborasi pemberian analgetik v Monitor adanya tromboplebitis
|
K. DAFTAR PUSTAKA
a. bedah_abdomen_trauma_dan_nontrauma.html
b. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta
c. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
d. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta.
e. penanganan_cedera_tumpul_abdomen.doc
f. Rab, Tabrani . 1998 . Agenda Gawat Darurat (Critical Care) Jilid 3 . Bandung : PT. ALUMNI.
g. www.medlinux.blogspot.com
h. www.medicalanswer.multiply.com