CHOLELITHIASIS ( BATU EMPEDU )
I. DEFINISI
· Batu saluran empedu : adanya batu yang terdapat pada sal. empedu (Duktus Koledocus ).
· Batu Empedu(kolelitiasis) : adanya batu yang terdapat pada kandung empedu.
· Radang empedu (Kolesistitis) : adanya radang pada kandung empedu.
· Radang saluran empedu (Kolangitis) : adanya radang pada saluran empedu.
II. ETIOLOGY
Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:
1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu.
Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu:
· Infeksi kandung empedu
· Usia yang bertambah
· Obesitas
· Wanita
· Kurang makan sayur
· Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
2. Batu pigmen empedu , ada dua macam;
· Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi
· Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi
3. Batu saluran empedu
Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.
III. PATOFISIOLOGY
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran empedu lainnya.
Faktor predisposisi yang penting adalah :
· Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu
· Statis empedu
· Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu .
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal khususnya selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagian pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang menyebabkan pembentukan batu.
IV. PERJALANAN BATU
Batu empedu asimtomatik dapat ditemukan secara kebetulan pada pembentukan foto polos abdomen dengan maksud lain. Batu baru akan memberikan keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empedu (duktus sistikus) atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan menyebabkan obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung beratnya efek yang timbul, akan memberikan gambaran klinis kolesistitis akut atau kronik.
Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus dapat lewat ke doudenum atau tetap tinggal diduktus yang dapat menimbulkan ikterus obstruktif.
V. GEJALA KLINIS
Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut.
GEJALA AKUT | GEJALA KRONIS |
TANDA : 1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme 2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas 3. Kandung empedu membesar dan nyeri 4. Ikterus ringan | TANDA: 1. Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen 2. Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas |
GEJALA: 1. Rasa nyeri (kolik empedu) yang Menetap 2. Mual dan muntah 3. Febris (38,5°°C) | GEJALA: 1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan 2. Nausea dan muntah 3. Intoleransi dengan makanan berlemak 4. Flatulensi 5. Eruktasi (bersendawa) |
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes laboratorium :
1. Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).
2. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
3. Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
4. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).
5. USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik)
6. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.
7. PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
8. Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim billiar.
9. CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu, obstruksi/obstruksi joundice.
10. Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran atau pembesaran pada gallblader.
VII. PENGKAJIAN
1. Aktivitas dan istirahat:
· subyektif : kelemahan
· Obyektif : kelelahan
2. Sirkulasi :
· Obyektif : Takikardia, Diaphoresis
3. Eliminasi :
· Subektif : Perubahan pada warna urine dan feces
· Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan atas, urine pekat .
4. Makan / minum (cairan)
Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.
· Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.
· Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.
· Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn).
· Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.
Obyektif :
· Kegemukan.
· Kehilangan berat badan (kurus).
5. Nyeri/ Kenyamanan :
Subyektif :
· Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu.
· Nyeri apigastrium setelah makan.
· Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.
Obyektif :
Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).
6. Respirasi :
Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak nyaman.
7. Keamanan :
Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung perdarahan ( defisiensi Vit K ).
8. Belajar mengajar :
Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian bawah.
Prioritas Perawatan :
a. Meningkatkan fungsi pernafasan.
b. Mencegah komplikasi.
c. Memberi informasi/pengetahuan tentang penyakit, prosedur, prognosa dan pengobatan
Tujuan Asuhan Perawatan :
a. Ventilasi/oksigenasi yang adekwat.
b. Mencegah/mengurangi komplikasi.
c. Mengerti tentang proses penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan pengobatan
VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Pola nafas tidak efektif sehubungan dengan nyeri, kerusakan otot, kelemahan/ kelelahan, ditandai dengan :
· Takipneu
· Perubahan pernafasan
· Penurunan vital kapasitas.
· Pernafasan tambahan
· Batuk terus menerus
B. Potensial Kekurangan cairan sehubungan dengan :
· Kehilangan cairan dari nasogastrik.
· Muntah.
· Pembatasan intake
· Gangguan koagulasi, contoh : protrombon menurun, waktu beku lama.
C. Penurunan integritas kulit/jaringan sehubungan dengan
· Pemasanagan drainase T Tube.
· Perubahan metabolisme.
· Pengaruh bahan kimia (empedu)
ditandai dengan :
· adanya gangguan kulit.
D. Kurangnya pengetahuan tentang prognosa dan kebutuhan pengobatan, sehubugan dengan :
· Menanyakan kembali tentang imformasi.
· Mis Interpretasi imformasi.
· Belum/tidak kenal dengan sumber imformasi.
ditandai : . pernyataan yang salah.
. permintaan terhadap informasi.
. Tidak mengikuti instruksi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.
2. Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.
3. Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536.
4. D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.
5. Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.
6. Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne : 74 - 76.
7. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.
8. Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.
9. Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536.
10. D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.
11. Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.
12. Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne : 74 - 76.
NAMA KLIEN : ASUHAN KEPERAWATAN
BANGSAL/TEMPAT: MATA AJARAN : KMB
No | DIAGNOSA PERAWATAN | TUJUAN | INTERVENSI | RASIONAL | IMPLEMENTASI | EVALUASI |
1. | Potensial gangguan keseimbangan cairan sehubungan dengan : · Kehilangan cairan dr nasogatric. · Muntah · Gangguan koagulasi darah : protrombin menurun, waktu beku lama. Data Subyektif : Data Obyektif : · Muntah 200 cc · Diit cair : DiitHepar I 900 cc · Plebitis positf bekas infus pada tangan kiri. · T-tube : keluar cairan 200 cc, warna hijau keruh · Suhu 37,5 C · Turgor kulit sedikit menurun · Mukosa mulut baik · Hb : 10,7 gr% · Ht : 31 gr/dl · Natrium : 132 meq/L · Kalium : 3,2 meq/L · Chlorida : 105 meq/L | Menunjukkan keseimbangan cairan yg adekuat, ditandai dengan : · Selaput membran yg lembab. · Turgor kulit baik. · Urine normal 1500 cc/24 jam · Out put normal, tdk ada muntah. | 1. Monitor intake & output, drainase dari T-tube, dan luka operasi. Timbang BB secara periodik 2. Monitor tanda vital, kaji mukosa membran, tur-gor kulit, nadi perifer. 3. Observasi tanda perda-rahan contoh: hemate-mesis, ptekie, ekimosis 4. Gunakan jarum injeksi yang kecil dan tekan bekas tusukan dalam waktu yang lama 5. Gunakan sikat gigi yang lembut KOLABORASIi : 6. Monitor hasil pemeri-ksaan Hb, elektrolit, pro-trombin, Cloting time dan bleeding time 7. Berikan cairan intra-vena, produksi darah sesuai dengan indikasi 8. Berikan cairan elektrolit 9. Beri Vitamin K (IV) | 1. Memberikan imformasi ttg kebutuhan & fungsi organ tubuh. Khususnya cairan empedu yang keluar 200 - 500 ml, penurunan cairan empedu yang masuk ke intestine. Keluarnya cairan empedu terus menerus dalam jumlah yg banyak, menandakan adanya ob-struksi, kadang - kadang adanya fistula pd empedu. Indikasi yg adekuat pada volume sirkulasi /perfusi. 2. Protrombin menurun dan terjadi waktu pembekuan lama ketika adanya ob struksi saluran empedu. Meningkat pada resiko perdarahan. 3. Mengurangi trauma, resiko perdarahan / hematom 4. Menghindari trauma dan perdarahan gusi 5. Memberikan informasi volu me sirkulasi , keseimbangan elektrolit dan faktor pem bekuan darah 6. Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat dan mengembalikan faktor pembekuan yang adekuat 7. Mengoreksi hasil dari ketidak seimbangan dari pengeluaran gastrik dan luka 8. volume sirkulasi & mem-perbaiki ketidak seimba-ngan. 9. Meningkatkan atau mem- percepat proses pem- bekuan. | 1. Memonitor dan mencatat intake cairan atau minum ,output dari T-tube, perda rahan luka operasi dan urine. 2. Mengobservasi tanda vital Tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan respirasi, turgor dan mukosa mem-bran. 3. Melakukan observasi ada nya perdarahan pd daerah luka operasi, ple-bitis / hematom pada bekas pemasangan infus di lengan. 4. Memberikan suntikan dgn jarum kecil dan menekan bekas tusukan kurang lebih 5 menit. 5. Menganjurkan klien untuk menggosok gigi dengan sikat gigi yang lembut 6. Melakukan pemganbilan darah untuk pemeriksaan : albmin, globulin, Hb, Ht, Lekosit, trombosit, Na,K, Cl. 7. Infus amilase dan RD telah dilepas satu hari yang lalu (30 April 1996) 8. Tidak diberikan karena tidak ada indikasi 9. Tidak diberikan karena klien tidak dapat terapi tersebut | Tgl 1 Mei 1996 S : Klien masih me rasa mual , sang- gup mengosok gigi dan berkumur. O : Klien muntah 50 cc . Turgor kulit membaik, Intake :2500 cc, output 1500 cc, IWL 600 cc, T-tube 200 cc,Balance cairan -200 cc. TD: 120/80 mmHg, Nadi : 88x/menit, Suhu: 37.5 C, RR : 20x/menit, ple bitis pada tangan kiri bekas pengam bilan darah dan infus A: Klien masih me merlukan penga wasan dalam ke seimbangan cai ran P: Intervensi tetap diteruskan sambil observasi intake dan out put dan tanda-tanda vital. Sambil menunggu hasil laboratorium yang lain. |
2. | Penurunan integritas kulit atau jaringan sehubu ngan dengan : · Pemasangan drai- nase (T-tube) · Perubahan metabo-lisme. · Pengaruh bahan kimia (empedu) Ditandai adanya gang-guan kulit : Data Subyektif : · Klien mengatakan : Kapan selang saya dicabut dan lukanya dapat capat sembuh karena ingin mandi bebas selama ini hanya dilap dgn whaslap. · Banyak berkeringat & membuat badan tdk enak & gatal-gatal. · Posisi tidur tdk enak krn ada luka operasi & selang. · Matanya masih kuning tapi sudah berkurang dr sebelumnya. Data Obyektif : · Masih terpasang T-tube difiksasi ke tempat tidur. · Jumlah cairan empe du yg keluar 200cc. · Badan masih ikterus terutama sklera mata. · Posisi tidur/ istirahat semifowler dan ber sandar di tempat tidur diganjal dgn bantal. · Luka Operasi tdk tampak tanda-tan da infeksi. · Terapi 2 x 1gram Ce fobit (IV). · Lab Hasil bilirubin tgl 30-4-96. meningkat. · Klien imobolisasi su dah 7 hari | Adanya pemulihan lu- ka tanpa komplikasi Kriteria: Perilaku yg meningkat terhadap pemulihan luka | 1. Cek T-tube dan luka insisi, upayakan agar aliran bebas/lancar . 2. Observasi warna dan sifat drainase. Gunakan ostotomi bag yang disposible 3. Pertahankan posisi selang drainase tube di tempat tidur 4. Atur posisi semi fowler 5. Observasi sedakan, distensi abdomen, peritonitis dan pankreatitis 6. Ganti pakaian klien, higiene kulit, disekitar luka insisi. 7. Observasi perubahan warna kulit sclera dan urin KOLABORASI : 1. Beri antibiotik sesuai indikasi. 2. lakukan penghentian T tube secara berkala mencoba slang saluran empedu sebelum di-angkat 3. Siapkan pembedahan bila diperlukan. 4. Monitor hasil lab: Contoh : Leukosit | 1. Pemasangan T-tube di CBD selama 7 - 10 hari untuk mengeluarkan sisa-sisa batu. Tempat insisi untuk mengeluarkan sisa-sisa cairan pada empedu. Koreksi posisi untuk mencegah cairan kembali ke empedu. 2. Drainase berisi darah dan sisa darah, secara normal berubah warna hijau tua (warna empedu) sesudah beberapa jam pertama. Ostotomi mungkin digunakan untuk mengumpulkan cairan dan melindungi kulit 3. Mempertahankan lepasnya selang atau pembentukan lumen 4. Mempermudah aliran em pedu 5. Lepasnya T-tube dapat menyebabkan iritasi dia fragma atau komplikasi yg serius jika saluran empedu masuk ke dalam perut atau sumbatan pada salu ran pankreas 6. Menjaga kebersihan kulit disekitar insisi dapat mening katkan perlindungan kulit ter hadap ulserasi. 7. Perkembangan ikterik dpt diindikasikan sebagai ob- struksi sal. empedu. · Untuk mengurangi infeksi atau abses · Untuk mengetes kemam- puan saluran CBD sebelum T tube diangkat. · Tindakan insisi atau dra inase/fistulektomi dilakukan untuk mengobati abses atau fistula. · Peningkatan leukosit seba gai gambaran adanya proses imflamasi contoh abses atau terjadinya peritonitis/pankeatitis. | 1. Dressing luka insisi tiap pagi dan atur posisi drain agar tetap lancar 2. Melakukan observasi war-na, jumlah cairan drainase. 3. Mencek posisi selang dan memfiksasi selang drainase ditempat tidur 4. Mengatur klien posisi semi fowler dan posisi duduk 5. Mengobservasi adanya sedakan, distensi abdomen, peritonitis dan pankreatitis 6. Mengganti pakaian tiap pagi dan sore, bersama istri klien membersihkan kulit dengan sabun dan air. 7. Melakukan observasi ter hadap kulit, sclera mata dan warna urin. · Memberikan injeksi Cefobit 1 gram (IV) jam 08.00 pagi. · Melakukan klem pada slang saluran empedu · Tindakan tidak dilakukan sebab tidak ada indikasi. · Melakukan pengambilan untuk pemeriksaan peme riksaan leukosit. | tanggal 1`mei 96. S: Kliem mengatakan masih merasa terganggu dgn adanya drain t-tube, sudah dpt istirahat/tidur dgn posisi semofowler. O: Mandi 2x sehari dibantu istri menggunakan sabun & sikat gigi yg lembut. menggunakan bedak/powder utk tubuh, baju bersih & kering, dapat tidur siang selama 2 jam dgn posisi semifowler, luka operasi/daerah pemasangan drain tdk ada tanda infeksi & balutan dlm keadaan bersih & kering. Lingkungan klien (tempat tidur) dalam keadaan bersih dan rapih. Injeksi antibiotik 1 gram Cefobit sudah diberikan. Hasil lab. ulang belum ada. A: Masalah penurunan integritas kulit masih ada. P : Lanjutkan intervensi terutama pertahankan/tingkatkan personal higiene , tingkatkan mobilisasi/jalan sesuai kemampuan. |
3. | Kurang pengetahuan tentang kondisi prog nosa dan kebutuhan pengobatan, sehubu ngan dgn : menanya kan kembali ttg imfor masi, menanyakan kem bali informasi, belum /tidak kenal dengan sumber imformasi ditan- dai : · Pernyataan yang salah. · Permintaan thd im- formasi. · Tidak mengikuti ins- truksi. Data subyektif : · klien menyatakan bahwa tdk mengerti ttg proses penyakit, prosedur pembe-dahan & pengoba-tan karena tdk ada yg memberi tahu, dan dokter memberi tahu bahwa saya harus operasii. | · Secara verbal me ngerti akan proses penyakit, pengoba tan dan prognosis pembedahan. · Melakukan koreksi thd prosedur yang penting & menjelaskan reaksi dr tindakan. · Menilai perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan | 1. Kaji ulang pada klien ttg pengetahuan pro- ses penyakit , prosedur pembedahan , prog- nosa. 2. Ajarkan perawatan insisi atau membersihkan luka . 3. Anjurkan agar aliran T Tube dikumpul;kan dlm kantong dan catat pengeluarannya. 4. Pertahankan diit rendah lemak selama ± 4 - 6 bulan. 5. Hindari alkohol, 6. Anjurkan klien utk men-catat dan menghindari makanan yg dpt me-nyebabkan deare. 7. Identifikasi tanda/ gejala : urine keruh, warna kuning pada mata/kulit, warna feses. 8. Kaji ulang keterbatsan aktifitas, tergantung situasi individu. | 1. beri pengetahuan dasar pada klien sehingga klien dapat memilih imformasi yang dibutuhkan. 2. Akan mengurangi ketergan ungan dalam perawatan, dan menurunkan resiko kom likasi. (infeksi, obstruksi empedu) 3. Menurunkan resiko aliran balik pada slang T-tube. Memberi informasi ttg kembalinya edema saluran/ fungsi saluran. 4. Selama enam bulan setelah pembedahan bo-leh sedikit diberikan rendah makanan rendah lemak utk memberikan rasa nyaman karena ggn sistim pencernaan lemak. 5. Meminimalkan resiko terja- dinya penkreatitis 6. Pembatasan diityang pasti mungkin dapat menolong misalnya dgn diit rendah lemak. Sesudah periode pemulihan pasien tdk me-ngalami masalah yg ber-hubungan dgn makanan. 7. Merupakan indikai sumba-tan saluran empedu/ ggn degestif, dpt digunakan utk evaluasi & intervensi 8. Kebiasaan aktifitas dapat dimulai lagi secara normal dalam waktu 4 - 6 minggu | 1. Menanyakan seberapa jauh klien mengetahui ttg proses penyakit, prosedur pembedahan serta prog-nosa. 2. Menganjurkan klien untuk menjaga balutan luka agar tetap bersih dan kering. 3. Menganjurkan klien untuk mencatat pengeluaran cairan yang terkumpul di kantong T tube. 4. Memberitahu pasien agar 4 - 6 bulan diberi diit rendah lemak. 5. Menganjurkan klien utk tidak minum alkohol. 6. Melakukan diskusi dengan klien dan keluarga utk menghindari makanan yg dpt menimbulkan deare. 7. Memberitahu utk mengi-dentifikasi & mencatat tan-da & gejala : urin keruh, warna kuning pada mata dan kulit & warna feses. 8. Menganjurkan klien utk membatasi aktifitas selama 4 - 6 minggu | Tgl 1 mei 1996 S :Klien menga-takan bahwa telah mengerti ttg pro-ses penyakit & prosedur pembe-dahan yg telah dilakukan, klien sanggup utk men-jaga luka tetap bersih & kering, klien sanggup me-ngikuti diit lemak & tdk merokok.& tdk akan minum al kohol. O:Kien dapat menyebutkan atau menjawab dengan benar : operasi tujuannya utk mengeluarkan batu empedu, dipasang drain utk mengeluarkan cairan sisa -sisa operasi, posisi se-mifowlwer/duduk agar cairan keluar lancar, suntikan agar lukanya capat sembuh. Balutan luka ke-ring, urine kuning , mata sedikit ikte-rus feses lembek kuning. A: Pengetahuan kli en ttg. peny, pe nyebab, prognosa , faktor resiko yg terjadi. P :lanjutkan Inter-vensi nomor 4, 5, 7, 8 ,9. diteruskan. Dischart planing : 1. Diit rendah le-mak (kola-borasi). 2. Mengurangi aktifitas sesuai anjuran 4 - 6 bln. 3. Control teratur |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar